Raja Indra Sutan & Datuk Imam

Dahulu kala, Indrapura merupakan salah satu kerajaan Minangkabau yang sangat makmur dan tergabung dalam kerajaan Pagaruyung. pada kerajaan tersebut terdapat dua orang pangeran muda yang usianya hampir sebaya. menurut tradisi yang berlaku saat itu, pangeran sulunglah yang akan diangkat sebagai putra mahkota dan akan dinobatkan sebagai raja. pangeran yang lebih muda diharuskan merantau dan mencari wilayah lain dan membuka daerah hunian baru untuk dijadikan kerajaan. dan apabila pangeran tersebut diikuti oleh banyak pengikut serta telah menemukan daerah baru tersebut, maka sang pangeran muda berhak menjadi raja.

Indra Sutan, sebagai pangeran yang lebih muda di kerajaan Indrapura yang diharuskan merantau untuk membuka daerah baru, sebelum berangkat ia mengumpulkan sejumlah pengikut setianya, disamping itu ia juga membawa beberapa hewan peliharaan, sumber pangan, beberapa alat keperluan sehari-hari dan air tawar secukupnya ditambah dengan segenggam tanah setempat dan sebuah labu yang telah dikeringkan yang berfungsi untuk menimbang tanah ditempat baru nantinya. pangeran Indra Sutan dan rombongan memulai perjalanan dengan berjalan ke Utara menyusuri pantai.

setelah lama berlayar, sampailah mereka di sebuah muara sungai yang besar. perahu terus diarahkan memasuki sungai ke arah hulu. akhirnya mereka tiba di sebuah kerajaan yang bernama Ujung Gading, (sekarang daerah di Kabupaten Pasaman, Propinsi Sumatera Barat). di tempat tersebut pangeran Indra Sutan dan rombongannya bertemu dan disambut sebagai tamu diraja oleh datuk Datuk Imam, pimpinan kerajaan Ujung Gading.

setelah tinggal beberapa lama di kerajaan Ujung Gading, Pangeran Indra Sutan dan rombongannya kemudian mengetahui bahwa kerajaan Ujung Gading sedang dilanda kemelut yang disebabkan oleh pertentangan antara kaum agama dengan kaum bangsawan. dan tidak ada yang mampu mengatasi kemelut tersebut termasuk Datuk Imam sendiri yang sebagai rajanya. pangeran Indra Sutan menaruh simpati terhadap Datuk Imam yang usia mereka hampir sebaya, pangeran Indra Sutan menceritakan kepada Datuk Imam akan niatnya melakukan pengembaraan untuk mencari wilayah baru dan menawarkan Datuk Imam untuk ikut serta bertualang bersamanya. mula-mula Datuk Imam berkeberatan karena ia akan dinilai tidak bijaksana yang meninggalkan kerajaan pimpinannya yang sedang rusuh. dan untuk sementara pangeran Indra Sutan dan rombongan menunda perjalanan mereka.

rupanya kemelut di kerajaan Ujung Gading tidak kunjung padam bahkan cenderung semakin tajam, sampai-sampai keselamatan Datuk Imam terancam. pada saat itulah Datuk Imam memutuskan untuk meninggalkan Ujung Gading dan setuju ikut mengembara bersama rombongan Pangeran Indra Sutan. persiapan-persiapan untuk keberangkatan pun segera disiapkan. dua rombongan tersebut menjadi lebih besar dan dipimpin oleh masing-masing pangeran.

berangkatlah mereka berlayar menyusuri pantai Sumatera bagian barat. jalan laut yang mereka lalui tidak selalu mulus. pada umumnya ancaman ombak samudera yang terkadang tinggi menggulung yang sewaktu-waktu dapat menghempaskan mereka ke batu karang, dan juga ancaman angin topan yang bisa saja menyeret rombongan ke tengah samudera atau terdampar di negeri yang tidak dikenal. terus melintasi perjalanan kemudian sampailah mereka menemukan daratan dengan tanah landai yang cukup luas dan mereka memutuskan untuk menepi guna menyelidiki keadaan di sekitar kawasan tersebut. dan disitulah mereka menemukan daratan kosong yang belum berpenghuni. di kawasan baru tersebut pula ditemukan sebuah sungai yang memenuhi syarat untuk dijadikan pelabuhan. rombongan lalu melakukan upacara menimbang tanah dengan menggunakan labu kering dan air. di tempat inilah mereka memutuskan untuk menetap. karena telah menemukan muara sungai sebagai calon pelabuhan, tanah yang landai dan air sungai yang berlimpah yang dapat memenuhi kebutuhan penghidupan mereka, terutama untuk bercocok tanam. daerah baru itu mereka namakan dengan Ranah Nan Data.

Pangeran Indra Sutan dan Datuk Imam dikemudian hari melanjutkan perjalanan untuk meneliti sungai yang semula mereka temukan di daerah yang telah mereka namakan Ranah Nan Data itu. dalam perjalanan ke arah hulu, mereka menemukan banyak bonggol dan kulit jagung yang hanyut. mereka berfikir di hulu tersebut tentu sudah ada pemukiman manusia. di tepi sungai mereka bertemu dengan para peladang yang mengaku dari suku Tabuyong. suku Tabuyong adalah kelompok suku Kubu Siladang. mereka tidak pernah bergaul dengan orang luar. pangeran Indra Sutan meminta bantuan suku Tabuyong untuk dipertemukan dengan masyarakat Kubu lalu mengutarakan niatnya bahwa ia hendak mendirikan sebuah kerajaan dan meminta suku Kubu menjadi rakyatnya. Suku kubu tidak keberatan dengan niat pangeran Indra Sutan, dengan syarat bahwa mereka boleh tetap hidup bebas seperti kehidupan sebelumnya dan pangeran Indra Sutan menerima syarat itu.

niat untuk meneliti sungai tetap diteruskan, sampailah mereka disuatu tempat yang dianggap cocok untuk dijadikan daerah hunian, ditempat tersebut rombongan pangeran menemukan bongkahan-bongkahan emas, disekitarnya membentang bukit-bukit dan hutan. banyak pula hewan seperti rusa, kerbau liar, pelanduk, burung dan sebagainya. pangeran Indra Sutan memutuskan akan membuat pemukiman di sana dan mendirikan sebuah kerajaan bernama Lingga Bajoe (Lingga Bayu) yang artinya adalah alat penempa besi. pangeran Indra Sutan-lah yang menemukan emas di wilayah Lingga Bayu. pangeran Indra Sutan lalu diangkat sebagai raja pertama dengan gelar Rajo Putih yang berkedudukan di kampung Malako.

wilayah kerajaan kemudian ditetapkan, dari Muaro Selayan terus ke hulu hingga ke kampung Malako adalah wilayah kerajaan Lingga Bayu yang dipimpin oleh Tuanku Besar Rajo Putih. sedangkan dari Muaro (muara) sungai Batang Natal hingga muara Selayan menjadi wilayah kerajaan Natal yang diserahkan pimpinannya kepada Tuanku Besar Datuk Imam.

kemudian Rajo Putih dan Datuk imam berikrar agar hubungan mereka menjadi saudara. ikrar tersebut dikukuhkan dengan upacara di atas asap kemenyan dan dupa.**

Sumber >>

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar