Kerajaan Lingga Bayu

Kerajaan Lingga bayu adalah satu dari dua kerajaan yang didirikan oleh dua pangeran yang datang dari Minangkabau. mereka adalah tuanku besar Indra Sutan dan tuanku besar Datuk Imam. secara bersamaan mereka mendirikan kerajaan di tanah Natal. perjalanan menyusuri dan meneliti hulu Sungai Batang Natal telah menemukan lagi daerah hunian yang dianggap cocok untuk dijadikan sebuah kerajaan baru hingga diberi nama Kerajaan Lingga Bajoe (Lingga Bayu) yang artinya adalah Alat Penempah Besi.

setelah mendirikan kerajaan pertama di natal, pangeran Indra Sutan dan Datuk Imam beserta rombongan dikemudian hari kembali melanjutkan perjalanan untuk meneliti ke hulu sungai Batang Natal yang muaranya direncanakan akan dijadikan pelabuhan. dalam perjalanan ke arah hulu, mereka menemukan banyak bonggol dan kulit jagung hanyut. mereka berfikir, di hulu tentu sudah ada pemukiman manusia. ditepi sungai, mereka bertemu dengan para peladang yang mengaku dari Suku Tabuyong. suku tabuyong adalah kelompok suku Kubu yang disebut juga suku Siladang. mereka tidak pernah bergaul dengan masyarakat luar. pangeran indra sutan meminta bantuan suku tabuyong untuk dipertemukan dengan masyarakat kubu. untunglah, mereka bersedia menjadi juru bahasa. pangeran indra sutan lalu menyampaikan niatnya bahwa ia hendak mendirikan sebuah kerajaan di pedalaman dan meminta suku kubu menjadi rakyatnya. masyarakat suku Tabuyong tidak keberatan, dengan syarat mereka boleh tetap hidup bebas seperti kehidupan mereka sebelumnya, dan pangeran indra sutan menerima syarat itu.

perjalanan menyusuri sungai batang natal terus dilanjutkan, dan sampailah dua pangeran tersebut bersama rombongan disuatu tempat yang dianggap cocok untuk dijadikan daerah hunian, dimana rombongan pangeran menemukan bongkahan-bongkahan emas. hal itulah mendorong pangeran indra sutan untuk mendirikan kerajaan Lingga Bayu. selanjutnya pangeran Indra sutan diangkat sebagai raja pertama di kerajaan Lingga Bayu dengan gelar Rajo Putih yang berkedudukan di kampung Malako.

dengan telah berdirinya dua kerajaan, kerajaan Natal dan kerajaan Lingga Bayu tidak ditemui keterangan, apakah antara dua kerajaan tersebut pernah terjadi persaingan atau permusuhan seperti yang sering terjadi antara dua kerajaan yang bertetangga. jika dilihat dari Tarombo atau silsilah keluarga kerajaan, kedua kerajaan ini saling mempererat hubungan mereka melalui tali perkawinan. tradisi ini terus berlanjut hingga puluhan generasi. tuanku besar Rajo Putih mangkat dan dimakamkan di wilayah kerajaan lingga bayu (sekitar 16 kilometer dari natal) dengan batasan wilayah; Batu Gajah (Desa Lancat), Batahan, Kinondom hingga Singkuang (Muara Batang Gadis).

pada tarombo yang berjudul Oendang Coecoeran Asal Radja Dalam Negeri Natal yang duduk di Kampung Malako, yang disalin kembali oleh Siti Chadijah Djuwita pada tanggal 16 Maret 1972, dan berdasarkan tarombo yang dibuat pertama kali oleh Sutan Nur'alamsyah pada tahun 1962, nama Rajo Putih terletak paling atas, kemudian dibawahnya menyusul lima nama, yaitu nama teman perjalanannya, Datuk Imam (ditulis Imam Basa) dan empat orang saudara perempuannya, yaitu: Puti Ratiah, Puti Rani, Puti Goemila, dan Puti Hindun.

8 Tuanku Besar yang memimpin kerajaan Lingga Bayu :
1.    Tuanku Besar Indra Sutan gelar Rajo Putih ; raja pertama yang mendirikan kerajaan lingga bayu.
2.    Tuanku Besar Datuk Bandaro ; adalah kemenakan tuanku besar rajo putih.
3.    Tuanku Besar Marajo Gunung ; setelah Tuanku Besar Datuk Bandaro mangkat, tahta kerajaan lingga bayu diteruskan oleh dua orang yang tidak dicantumkan asal usulnya dan tidak diakui oleh rakyat Natal. mungkin, kedua raja tersebut bukan berasal dari keturunan yang mewarisi tahta kerajaan lingga bayu sehingga asal usulnya tidak dijelaskan.
4.    Tuanku Besar Rajo Mudo.
5.    Tuanku Besar Datuk Basa Nan Tuo ; ketika tuanku besar rajo mudo mangkat, tahta kerajaan lingg bayu menjadi kosong, maka Puti Baruaci, kemenakan tuanku besar datuk bandaro yang menikah dengan Tuanku Besar Datuk Basa Nan Tuo (raja ke-3 di kerajaan natal) dipanggil kembali ke lingga bayu untuk menduduki tahta raja sebagai raja ke-5.
6.    Tuanku Besar Rajo Bujang ; rajo bujang mempunyai dua orang putri yang bernama Puti Nangi dan Puti Kambuik.
7.    Tuanku Besar Sutan Larangan ; adalah putra dari puti kambuik. Puti Kambuik mempunyai dua orang putra yang bernama Sutan Larangan dan Sutan Marah Himpun.
8.    Tuanku Besar Sutan Marah Himpun ; beliau lebih dikenal dengan nama Tuanku Sambah Alam Sutan Marah Himpun.

Dalam tarombo yang dibuat oleh Sutan Zainal Muluk pada 31 Desember 1970 dan disalin kembali oleh Adnan Gunawan pada 17 Januari 1979, dicantumkan bahwa Tuanku Sambah Alam Sutan Marahimpun memimpin negeri lingga bayu sebelum tahun 1800. Tuanku Sambah Alam Sutan Marahimpun dikenal juga dengan nama Sutan Johan. Salah seorang putranya bernama Sutan Mohammad Amin, seorang tokoh yang paling gigih menentang kebengisan dan kesewenang-wenangan pemerintah kolonila Belanda sehingga ia beberapa kali dibuang pemerintah kolonial. dan setelah kembali dari pembuangannya, Belanda masih tetap cemas akan pengaruhnya yang begitu kuat terhadap rakyatnya, apalagi ia selalu membakar semangat rakyat untuk menentang Belanda. sehingga pemerintah kolonial Belanda menyatakan bahwa Natal tertutup baginya.**

Sumber >>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar