Kali Pertama Portugis ke Ranah Natal

Kapan kedatangan orang Portugis pertama kali ke Natal, tidak diketahui dengan jelas. berdasarkan riwayat atau asal-usul kerajaan yang dituturkan oleh Lembaga Adat Natal, disebutkan bahwa perahu-perahu layar bangsa Portugis mulai singgah di Pelabuhan Natal pada masa pemerintahan Tuanku Besar Si Intan, raja VII di kerajaan Natal. disebutkan juga tuanku besar si Intan mangkat pada tanggal 12 Mei 1823.

orang Portugis terkenal sebagai pelaut. pada akhir abad ke-15, mereka mulai mengembara mencari daerah baru. ketika itu bangsa portugis bermusuhan dengan bangsa-bangsa dari Timur Tengah yang lebih dahulu menguasai jalur pelayaran ke negeri penghasil rempah-rempah. dalam upaya mencari jalur perjalanan yang berbeda dengan bangsa timur tengah, pelaut-pelaut portugis pergi sampai ke Afrika Selatan, India, Malaka, Sumatera, Jawa, Maluku, Tiongkok bahkan Jepang.

rempah-rempah seperti lada, kayu manis, cengkeh, pala dan lain-lain adalah barang komoditi yang dicari oleh orang asing di tanah Nusantara untuk kemudian dibawa ke Eropa. rempah-rempah tersebut sangat dibutuhkan disana, terutama pada musim dingin. sebagai tukarannya, mereka membawa garam dan barang-barang impor seperti besi.

menurut Grawfurd, J, dan Marsden, W, dua orang penulis buku sejarah berkebangsaan Inggris yang terkenal pada abad ke-18 dan ke-19, emas yang sangat baik mutunya tidak jauh letaknya dari Natal. waktu itu natal telah menjadi pusat perdagangan emas, kapur barus dan kemenyan. penduduk senang dengan barang-barang impor seperti besi, kain, dan candu sehingga emas dari penduduk ditukar dengan barang tersebut.

pada tahun 1864, seorang Portugis bernama Thomas Diaz, dikirim oleh Gubernur VOC yang berpusat di Malaka (sekarang Semenanjung Malaya) ke jajaran Minangkabau yang berkedudukan di Buo dengan maksud mencari pusat perdagangan emas di Sumatera. ia datang dari arah timur melalui Sungai Kampar, kemudian melewati kota kecil di tepi kanan Sungai Paku Padang dan mendaki gunung yang membelah daerah Minangkabau dengan bagian timur pulau Sumatera.

ketika itu bangsa Portugis sudah menguasai jalur perdagangan rempah-rempah dari India sampai ke Selat malaka. pelaut-pelaut Belanda pun mengetahui, bahwa lada dan emas yang mereka cari banyak terdapat di pesisir barat sumatera. mereka umumnya memilih jalur pelayaran dari Afrika Selatan atau Pulau Madagaskar langsung ke pesisir barat sumatera. baru pada awal abad ke-17, pelaut-pelaut belanda singgah di berbagai pelabuhan penting di pesisir barat pulau sumatera seperti Pelabuhan Indrapura, Pariaman, Tiku, Pasaman, Natal dan lain-lain.

lada yang dihasilkan oleh daerah-daerah ini kemudian dikirim ke Aceh yang ketika itu memegang monopoli perdagangan lada untuk dijual kepada saudagar-saudagar asing yang datang ke sana. saudagar-saudagar asing yang berani datang langsung selalu ditolak dan di anjurkan meminta ijin lebih dahulu kepada wakil pemerintah Aceh yang ditempatkan disana. mereka pun harus membeli lada tersebut ditempat yang telah ditentukan oleh pemerintah Aceh. sayang, tidak diketahui sejak kapan kerajaan Aceh mulai melebarkan sayapnya ke pesisir barat sumatera. disetiap pelabuhan penghasil lada, Aceh menempatkan seorang kepala perwakilan yang disebut Panglima, yang tugas utamanya adalah mengawasi pembelian lada dari penduduk agar berjalan lancar dan menjamin agar penjualan tidak jatuh langsung ke tangan orang asing.

Marsden W, dalam bukunya The History Of Sumatera edisi pertama yang diterbitkan pada tahun 1784, menulis tentang keadaan Natal pada jaman rempah-rempah. seperti umumnya daerah pemukiman orang melayu, natal dipimpin oleh beberapa Datu atau Datuk yang dikepalai oleh Datu Besar atau Hakim Utama. Datu Besar mempunyai kekuasaan sama seperti di daerah penghasil lada lainnya di sebelah Selatan Sumatera, sekalipun pengaruh Kompeni menonjol. karena penduduknya memiliki hasil bumi yang melimpah, mereka umumnya hidup mandiri. inilah yang membuat pengaruh Datu-Datu tidak kalah dengan pengaruh Kompeni, mereka senang mendapat perlindungan Inggris, karena Inggris dapat dipakai sebagai perisai terhadap gangguan Belanda. apalagi mereka tidak menyukai rongrongan dan tuntutan Belanda. disamping itu mereka pun mendapat manfaat lain dari kehadiran Inggris di sana, yaitu sebagai penghubung dengan kelompok-kelompok lain yang sering bertentangan dengan mereka. pertentangan-pertentangan ini sering kali berakhir dengan adu senjata.

Marsden melukiskan, pada tahun 1762, diadakan sebuah pertemuan antara Duta Besar dengan perwakilan Inggris yang ditempatkan di Natal. peristiwa ini terjadi ketika berlangsung perpindahan kukuasaan kepada Inggris. waktu itu daerah pertahanan Inggris baru saja dipulihkan. perwakilan Inggris menyatakan kemasygulannya karena banyak mayat yang hanyut di sungai batang natal. mereka mengusulkan agar Datu Besar mau bekerjasama mencegah pembunuhan di daerah hulu itu. namun datu besar protes, menurutnya ia akan mendapat 20 dollar untuk setiap kepala mayat kalau keluarga korban mengajukan tuntutan kepada pembunuh (Pemerintah Inggris). pihak Inggris menawarkan uang ganti rugi sebanyak 30 dollar perbulan, berapapun banyak mayat yang hanyut. datu menolak, karena ia merasa rugi. paling tidak dalam satu atau dua bulan ada tiga sosok mayat yang hanyut. tetapi lama kelamaan datu besar bersedia juga diajak bekerja sama dengan Inggris.

peristiwa lain yang juga terjadi di sekitar Natal yang dicatat oleh Marsden adalah perjalanan dua peneliti botani, Mr. Charles Miller dan Mr. Giles Holloway. Charles Miller adalah seorang yang bekerja pada sebuah perusahaan India Timur bernama EIC (East Indian Company). sedangkan Giles Holloway bekerja sebagai pegawai tinggi EIC yang ditempatkan di Tapanuli. kedua peneliti itu melakukan perjalanan panjang dari Singkel melalui Tapanuli pada pertengahan tahun 1772. mereka meneliti kayu manis atau cinnamon yang biasa diperdagangkan di pasar rempah-rempah di Timur Tengah dan Eropa.

jenis kayu manis yang mereka temukan belum memenuhi keinginan mereka, walaupun jenis tersebut laku juga di pasaran Eropa. selain itu mereka juga menemukan pohon benzoin (kemenyan) yang banyak tumbuh di daerah setempat. mereka mencatat keterangan tentang pohon itu dengan rinci, seperti ukuran, rupa, khasiat, dan aromanya. aroma pohon kemenyan dilukiskan sebagai buah almond.

suatu peristiwa terjadi akibat pertentangan antar kelompok di kalangan penduduk Natal pada tahun 1775. raja sebuah kampung yang bernama Niabin membunuh rekannya dari kampung tetangga. dan hal itu diadukan oleh keluarga korban kepada Mr. Nairne, kepala perwakilan EIC di Natal. Mr. Nairne mengirim utusan untuk memanggil Niabin. tetapi Niabin malah mengancam yang membuat Mr. Nairne marah. dalam luapan emosinya, Nairne mengejar Niabin hingga ke desa di luar natal (pedalaman natal). ia membawa pasukan bersenjata sebanyak 60 orang. dua belas orang diantaranya berkulit putih. pagar pembatas antar natal dengan desa tersebut terdiri dari lapisan pohon bambu yang tebal dan berduri tajam. sehingga sulit dimasuki. pada waktu mencari-cari jalan untuk mengejar Niabin, Mr. Nairne tertembak dan mati di tempat.

dalam sebuah buku karangan penulis Rusli Amran, tercatat sebuah peristiwa yang ada hubungannya dengan Natal. pada bulan Juli 1793, seorang bajak laut berkebangsaan Perancis bernama Le Me'me yang berasal dari kota kecil Saint Malo merampok kapal VOC. sejak itu nama Le Me'me dikenal sebagai raja perampok yang ditakuti. daerah kekuasaannya meliputi Samudera Hindia hingga kepulauan Nusantara.

dalam pelayarannya menuju Padang, Bergman, seorang berkebangsaan Belanda ikut ditawan oleh Le Me'me dan dipaksa sebagai penunjuk jalan. ia dan pasukannya mendarat di Pantai Air Manis, lalu menyerang kota melalui Gunung Padang. sebagai pasukan lainnya menyerang dengan perahu-perahu dari laut dengan memasuki sungai Arau. perlawanan dari pihak Belanda hampir tidak ada. mereka merampas semua kekayaan Belanda dan pemerintahannya dihapuskan. Le Me'me berhasil menguasai kota selama enam hari.

Kota Natal pun tidak luput dari serangannya. orang-orang Belanda yang ada di Pulau Cingkuk melarikan diri ke Indrapura hingga Batavia.**

Sumber >>

2 komentar:

  1. ASWABAR ...1
    TAMPAKNYA TULISAN ANDA ADA KEMIRIPAN DENGAN BUKU KISAH PERJALANAN DI NATAL,RANAH NAN DATA OLEH BUNDA PUTI BALKIS ALISJAHBANA.
    BENARKAH DUGAAN SAYA ... ?
    TQ.SAYA BANGGA DENGAN ANDA YANG MAU MENULIS SEJARAH RANAH NATA.
    TQ.SHAFF RA ALISYAHBANA

    BalasHapus
  2. Waalaikum salam ww.
    postingan pada blog ini memang menyadur dari buku Puti Balkis Alisjahbana, Natal Ranah nan Data. Kisah Perjalanan.
    berawal dari keingintahuan saya akan sejarah tanah kelahiran saya hingga saya mendapatkan buku ini, dan ketika itu pula muncul keinginan saya untuk bisa membagi pengetahuan yang ada di dalam buku itu kepada sesiapa dan dimanapun berada yang dapat membaca tulisan ini.
    harapan saya semoga blog ini dapat bermanfaat bagi semua..

    Terima kasi sebelumnya pak Shaff Ra Alisyahbana

    BalasHapus