Sutan Oesman Sridewa

Ia adalah mantan anggota DPRD Kotamadya Medan. jabatan tersebut disandangnya dari tahun 1961 sampai dengan tahun 1968, mewakili cendikiawan dan anggota Veteran Republik Indonesia golongan A.

Sutan Oesman Sridewa sangat aktif dalam organisasi Dewan Pertahanan pada masa revolusi. Ketika itu, ia mendapat sebuah Jeep Landrover sebagai kenderaan dinas di Natal. Belakangan, ketika pasukan Mobil Brigade (sekarang Brimob) di bawah pimpinan Mayor Kadiran sangat membutuhkan kenderaan, mobil tersebut akhirnya diserahkan kepada Mayor Kadiran. beberapa kali ia pergi meninjau ke front terdepan Benteng Huraba untuk bertenemu dengan Kapten Zaid Ali yang waktu itu menjadi Komandan Pertempuran di wilayah itu. sekarang Zaid Ali tinggal di Jakarta sebagtai purnawirawan Brigadir Jenderal. di penghujung September 1948, sesudah meletusnya Peristiwa Madiun, tiba-tiba Wedana menerima instruksi dari Padangsidempuan untuk menahan Sutan Oesman Sridewa. perintah penahanan tersebut berkaitan dengan jabatan yang disandangnya sebagai Ketua Pertahanan Pesindo wilayah Natal.

Wedana menjalankan perintah secara bijaksana dengan menginstruksikan kepada Sutan Oesman Sridewa agar tidak pulang ke rumah sampai menerima instruksi lanjut. Sutan Oesman Sridewa telah menjadi tahanan “kantor” sejak pukul 10.00 pagi sampai sore hari. setelah diketahui bahwa Pesindo Sumatera tidak terlibat dengan peristiwa Madiun, Sutan Oesman Sridewa pun dibebaskan. perlu dikemukakan, Pesindo di Jawa berpihak kepada Muso – Amir Syarifuddin, sedangkan Pesindo Sumatera tetap berdiri di belakang pemerintah yang syah. (kisah ini dapat dilihat pada buku Peristiwa Madiun, halaman 162, 211 dan 216, oleh H.A Notosoetardjo, terbitan Endang, Pemuda dan Api Islam, Jakarta, 1996).

setelah Dewan Pertahanan dibubarkan dan diserahterimakan pada tanggal 21 April 1949 kepada Sutan Bardansjah selaku Camat Natal yang telah diangkat oleh pemerintah Kabupaten. kepada Sutan Oesman ditugaskan untuk menyelesaikan urusan-urusan yang belum terselesaikan sampai akhir 1949. kemudian tugas-tugas tersebut diteruskan oleh Fakhruddin Nasution, Bupati Batang Gadis.

Sutan Oesman Sridewa diangkat untuk sementara menjadi wakil Camat Militer yang diperbantukan pada Camat Natal sampai akhir tahun 1949. pada awal Januari 1950 ketika penyerahan kedaulatan Republik Indonesia, Oeutan Usman Sridewa diangkat menjadi pegawai menengah pada kantor Kejaksaan Agung Sumatera di Bukittinggi dan terakhir di Kejaksaan Agung Sumatera yang kemudian dilikuidasi dan dipindahkan ke Kementrian Kehakiman di Jakarta.

selain bertugas sebagai Kepala Staf Dewan Pertahanan, Sutan Oesman Sridewa pernah diutus ke Gunung Sitoli (Pulau Nias, Kabupaten Nias). waktu itu, Pulau Nias adalah satu-satunya pelabuhan di Tapanuli yang masih mempunyai hubungan dagang dagang degan luar negeri, itu pun hanya dengan Singapura.

pada tanggal 15 Juli 1949, Sutan Oesman Sridewa berangkat bersama dengan Letnan I Sofyan Juneid (terakhir menjabat sebagai purnawirawan Brigadir Jenderal di Bandung) dengan tujuan meminta bantuan Pemerintah Daerah Nias agar dapat menyediakan kebutuhan para pejuang yang ketika itu sedang berada di Natal. mereka berangkat dengan perahu tongkang kecil yang berukuran tiga ton DWT. berlayar mengarungi Samudera Indonesia. dengan resiko bahaya alam ataupun berjumpa dengan kapal patroli Belanda yang selalu mengintai di perairan tersebut. apalagi perahu yang mereka gunakan tersebut tidak dilengkapi dengan mesin, sehingga harus mengandalkan hembusan angin.

Ketika mulai memasuki kepulauan Nias, rombongan pun bersiap-siap mendarat. jika mereka dipergoki oleh Belanda, seluruh senjata atau identitas yang bisa membuktikan keterlibatan mereka dalam perjuangan kemerdekaan, harus dibuang ke laut agar rahasia mereka tidak terbongkar. mereka juga tidak ingin mengecewakan pejuang-pejuang lain yang sedang menunggu mereka di Natal. kedatangan beliau di Pulau Nias disambut dengan hangat, dan permintaan bantuan pun dipenuhi. rombongan Sutan Oesman Sridewa dibekali dengan makanan dan pakaian. perahu mereka pun ditukar dengan perahu yang lebih besar. perjuangan Sutan Oesman dari segi logistik ini membuat semangat para pejuang semakin berkobar.

dalam kesibukannya, Sutan Oesman Sridewa sering menulis di berbagai surat kabar di Medan. Salah satu tulisannya dimuat di harian Waspada, pada tanggal 19 Mei 1994 dengan judul “Pejuang Yang Dilupakan”. pada artikel tersebut, beliau menceritakan tentang perjuangan para pahlawan dari Natal yang terlupakan. menurutnya, mereka seharusnya pantas disebut sebagai Pejuang Perintis Kemerdekaan. ia juga mengungkapkan, bahwa sejak pembentukan Dewan Pertahanan, terjadilah perubahan struktur pemerintahan di Kabupaten dengan berdirinya Kabupaten Batang Gadis dengan ibukotanya Panyabungan. kota ini dipimpin oleh seorang bupati, yang bernama Fakhruddin. tokoh ini sangat sulit dicari karena selalu berpindah-pindah tempat untuk mengelabui Belanda agar sulit ditangkap.

menurut Sutan Oesman Sridewa, sesudah penyerahan kedaulatan, Kabupaten Batang Gadis juga bubar dan kembali kepada status semula sebagai Kabupaten Tapanuli Selatan dengan ibukotanya Padangsidempuan.

dari proses ini terlihat, bahwa pembentukan Kabupaten Batang Gadis juga merupakan cikal bakal pembagian Kabupaten Tapanuli Selatan.**

Sumber >>

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar