Manganta Tando (Mengantar Tanda)

Tando adalah semacam barang perhiasan yang terbuat dari emas seperti galang tumbuk, galang nago-nago atau ringgit emas sesuai dengan harkat dan martabat yang bersangkutan berdasarkan harga dan nilai “tando” tersebut. manganta tando merupakan tahap selanjutnya sesudah tahapan tende manende selesai yang dilakukan oleh keluarga pihak laki-laki di rumah keluarga pihak perempuan dengan upacara tertentu. setelah tando diterima oleh keluarga pihak perempuan, maka resmilah pertunangan antara kedua calon mempelai. sesuai dengan pepatah kok padi alah dapek diiriek, kok batumpuk alah bulieh di jinjing (kalau padi telah dapat di tuai, kalau bertumpuk sudah dapat di jinjing).

ada dua macam tando, yaitu tando gadang dan tando bakapiek (ketek atau kecil). sebelum tando gadang diturunkan dari rumah keluarga pihak laki-laki, terlebih dahulu diadakan jamuan yang dihadiri oleh dusanak, kaum kerabat pihak laki-laki dan para undangan yang terdiri dari Pemuka-Pemuka Nagari, Ninik Mamak Nagari, Kepala Desa dan lain-lainnya yang patut diundang. lalu diumumkan kepada segenap hadirin, bahwa tando akan segera diantarkan ke rumah keluarga pihak perempuan. selain dari keluarga pihak Laki-laki, berbicara pula dari pihak para undangan yaitu Pemuka-pemuka nagari. Ninik mamak nagari dan Kepala desa. pada upacara ini biasanya para undangan disajikan nasi gulai atau nasi lamak. setelah acara selesai, keluarga pihak laki-laki memohon kepada segenap hadirin agar turut serta mengantarkan tando ke rumah keluarga pihak perempuan.

tando diturunkan dengan diiringi oleh pukulan gendang dan alunan biola, diarak bersama-sama dengan gembira oleh kaum kerabat dan para undangan ke rumah pihak perempuan.
dahulu, tando tersebut biasanya dijunjung diatas kepala sampai ke tempat pihak perempuan, tetapi kini sebagian dari tando dapat juga dibawa dengan sepeda. tando lalu diletakkan dihadapan para hadirin diatas tempat abun. diatas abun terletak carano yang tinggi yang dihiasi dengan berbagai macam peragat perhiasan yang mempunyai makna-makna tertentu yang tetap berkaitan dengan masalah sumando menyumando yang sedang dijalin oleh kedua belah pihak.

Arti atau makna dari Peragat Hiasan di tempat tando itu :
1. Ungge-ungge (Unggas)
Ungge-ungge melambangkan seekor burung yang tabang (terbang) dan inggok (hinggap) mancakam (mencengkram) dahan. yang mengandung makna bahwa calon marapulai (calon pengantin Laki-laki) akan meninggalkan rumah orang tuanya, ninik mamak dan dusanaknya dan akan bertemu dengan orang tua, ninik mamak dan dusanak baru dari pihak Perempuan yaitu calon anak daro.

2. Acek manjangka dan jari-jari sipasan (lipan)
Acek (pacet) manjangka dan jari-jari sipasan mempunyai arti bahwa calon marapulai yang akan datang ke rumah calon anak daro, bukan datang sedatangnya saja, tetapi datang dengan maksud dan tujuan yang jelas yang diumpamakan dengan seekor lipan dan acek yang jika bergerak atau berjalan akan nampak dengan jelas. Ini artinya calon marapulai yang datang ke rumah calon anak daro harus jelas maksud dan tujuannya. sesuai dengan pepatah : Ayam putiah tabang siang, basuluoh jo matohari, bagalanggang di mato urang banyak, datang bajapuik pai baantakan (ayam putih terbang siang, berpelita dengan matahari, disaksikan banyak orang, datang dijemput, pergi diantarkan).

3. Buayo Manggulampei dan Ridiknyo
Ada sebuah ungkapan yang terkenal yaitu: "lain lubuk lain ikannya, lain padang lain belalang". seekor buaya, jika sudah menempati suatu lubuk, jarang pindah ke lubuk yang lainnya. jadi, calon marapulai jika sudah berada di rumah anak daro (di rumah tangganya yang baru), hendaknya jangan berpindah lagi ke rumah yang lain / berpisah. mereka harus menjaga agar senantiasa berada dalam suasana yang rukun dan damai. manusia hendaknya harus bersifat lebih tinggi dari buaya, bukan sebaliknya.

4. Bungo Jaruju
Bungo Jaruju termasuk dalam pragat hiasan, demikian pula dengan pohon kayu jaruju yang tumbuh di tepi sungai dan tidak berjauhan dari tempat buaya. keindahan bunga jaruju dikaitkan dengan sifat-sifat buaya.

5. Tujuh Warna Beras
Seperti diketahui, beras adalah sumber kebutuhan hidup sebagai lambang kemakmuran.

6. Sirih selengkapnya
Sajian sirih dilambangkan sebagai pembuka kato (pembuka kata).

7. Anyam Mayang PinangdDitambah Cincin Taura
Cincin Taura melambangkan ketabahan dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan ketika mendapat kesulitan, tetapi harus dipikirkan matang-matang terlebih dahulu agar mendapatkan jalan keluar yang sebaik-baiknya, laksana cincin yang dapat diputar ke pelbagai arah. Anyaman Mayang Pinang mempunyai arti teguh dan mantap.

Tando biasanya dibungkus dengan rapih dan diatasnya diletakkan buaya yang terbuat dari kain candai. kemudian ditancapkan dua belas tangkai bunga yang dihiasai dengan dukuh rantai untuk menahan bunga tersebut.

setelah tando sampai di rumah pihak perempuan, seluruh pengantar tando (termasuk para undangan) dipersilakan masuk ke ruang tamu bersama-sama dengan ninik mamak dan dusanak pihak perempuan. “Tando” serta perangkatnya lalu diletakkan di hadapan hadirin. yang diserahkan terlebih dahulu oleh ninik mamak laki-laki kepada ninik mamak pihak perempuan ialah kampie sirih (kamba/tepak). setelah kampie sirih diterima oleh masing-masing pihak, seseorang akan melantunkan sebuah pepatah :
Tanam sirih tanamlah pinang, Tanam juo daun karakok, Cabiak sirih gatok pinang, Kato dituang buek dikakok
(tanamlah sirih tanamlah pinang, tanam juga daun kerakap, cabik sirih gigit pinang, kata diucapkan pekerjaan dimulai). sebelum ninik mamak pihak laki-laki menyampaikan makna pengantaran tando, terlebih dahulu ia mengucapkan kata-kata adat seperti berikut :
Kato dahulu ditapati, kato kamudian dicari,
(kato dahulu ditapati, kato kamudian di cari), yang artinya lebih baik kita berpegang pada perundingan-perundingan sebelumnya dan tidak usah mencari-cari masalah yang dapat menggagalkan tujuan yang sudah disepakati. setelah itu, kata-kata adat tersebut dilanjutkan dengan keterangan bahwa tando merupakan lanjutan dari perundingan kecek-kecek di aie dan tende manende.

kini tiba saatnya mengantar tando sebagai permohonan resmi untuk pertunangan kedua calon mempelai setelah segala sesuatunya diputuskan melalui mufakat. dapat dikatakan bahwa tuek alah basitumpu, cancang alah basangkalan. kini Ninik mamak pihak laki-laki sebagai pengantar tando berkata :
ibarat ungge tabang manumpukkan batang dan inggok mancakam dahan, di mano kami ingin ulua ko bajawek, singok batamba (memperluas hubungan kekeluargaan).
seterusnya, ibarat gayung basambut, kato bajawab, maka ninik mamak perempuan menyampaikan kata-kata jawaban. kesepakatan antara Ninik mamak kedua belah pihak dicetuskan dalam kata-kata sebagai berikut :

ibarat setitik aie kami jadikan laut dan sakapa kami jadikan gunung (walaupun itu hanya setitik air akan kami jadikan laut dan andaikan hanya segenggam tanah akan kami jadikan gunung).

disebut pula oleh Ninik mamak perempuan bahwa ulua (uluran) dari pihak Ninik mamak laki-laki itu, alah kami jawab, baitu juo singok alah batambah, karena pihak kami, kok aie tu alah bulek dek pambuluh, kato alah bulek dek mufakat, jadi bulek tu alah bulieh digolongkan, dan picak tu alah bulieh dilayangkan, indak paralu kota mancari kato kamudian, tetapi kato kito dahulu nan samo kito tapati
(yang bulat itu sudah digelindingkan dan yang tipis itu sudah bisa dilayangkan, tidak perlu kito mencari masalah lagi, tetapi kata-kata kita dahulu saja yang kita tepati).

setelah kedua belah pihak mencapai kata sepakat dalam manganta  dan manarimo tando melalui kata-kata gayung basambut, dan kato bajawab, tibalah saatnya membicarakan JANJI PADAN (semacam panji) antara Ninik mamak kedua calon mempelai yang berbunyi :

Kalau salah pihak laki-laki, hilang tando dan kalau salah pihak perempuan iring tando.

maksud dari janji padan ini ialah hilang tando akan diperhitungkan dengan jumlah ikek tando (besar antaran berupa uang dari pihak laki-laki sebagai ikatan). sebagai misal, jika uang antaran pihak laki-laki sebesar satu juta rupiah dan calon pengantin laki-laki menggagalkan perkawinan, maka uang sebanyak satu juta rupiah itu hilang, tetapi sebaliknya, jika kesalahan terdapat pada pihak perempuan, uang antaran yang telah diterima harus dikembalikan kepada pihak laki-laki sebanyak dua juta rupiah. Janji Padan ini disaksikan oleh segenap undangan yang hadir pada jamuan itu.

acara berikutnya adalah penyerahan barang emas sebagai tando kepada pihak perempuan berdasarkan keadaan yang lazim dalam suatu upacara. penyerahan ini sejalan dengan kiasan :
ibarat putih kapeh bisa diliek, putih hati siapo tahu
(putih kapas dapat dilihat, putih hati siapa tahu). sesudah tando diserahkan dan diterima sepenuhnya oleh pihak perempuan, selanjutnya tando tersebut diedarkan kepada segenap undangan yang hadir agar turut menyaksikan bentuk tando tersebut. di masa lalu, tando yang terdiri dari barang emas, dipakaikan kepada pengantin perempuan sampai setelah nikah, setelah itu, baru dikembalikan lagi kepada pihak laki-laki.

bahkan di zaman dahulu, tando yang berbentuk barang emas langsung diberikan saja kepada pihak perempuan (calon anak daro) untuk menjadi miliknya, sedangkan sebagai uang antaran disebutkan saja jumlahnya sekedar sebagai lambang. tetapi dewasa ini setelah uang antaran dibayar, tando yang berbentuk barang emas itu diserahkan kembali kepada pihak laki-laki. setelah acara penyerahan dan penerimaan tando, maka sah lah "pertunangan" kedua calon mempelai yang nama-namanya telah diumumkan sebelumnya.

setelah selesai bersantap, pihak laki-laki dan para undangan, memohon diri dengan kata-kata yang lazim diucapkan untuk kesempatan itu. biasanya pada kesempatan ini disajikan hidangan berupa nasi gulai. lalu pihak sipangkalan (pihak perempuan) melepas para tamu dengan muko janih dan hati nan suci, maurak selo kemudian tagak badiri muko (muka yang jernih dan hati yang suci, bangkit untuk berdiri) bagi segenap hadirin dengan iringan do'a semoga para undangan selamat dan selalu dalam keadaan sehat wal'afiat sampai ketempat masing-masing.

NB : sebagai tambahan, perlu dijelaskan tando bakapiek yang sudah disinggung sebelumnya.

mengantar tando bakapik tidaklah begitu semarak jika dibandingkan dengan mengantar tando gadang, lagi pula dalam mengantarkan tando bakapiek tidak diarak. peragat perhiasannya pun tidak seperti tando gadang. mengantar tando bakapiek merupakan syarat yang harus dilaksanakan oleh pihak laki-laki yang penyerahannya dilakukan dalam satu upacara yang sederhana di rumah Ninik mamak perempuan dan disaksikan oleh undangan yang terbatas, tetapi harus dihadiri oleh Tamu-tamu Nagari, Kepala Desa dan lain-lainnya. pada upacara ini nampak juga tampek sirih sebagai pembuka kato dan tando yang berbentuk barang emas.

jadi jelaslah makna pepatah kok ulua alah bajawek, kok singok alah batamba (kalau pemberian sudah diterima, kalau samping sudah bertambah). demikian juga dengan makna pepatah tabang manumpukkan batang, inggok mancakam dahan. pada upacara gayung basambut, kato bajawab ini dapat kita temui suatu bentuk percakapan yang sangat menarik.

sebagai pembanding / pembeda antara manganta tando gadang dengan manganta tando bakapiek diungkapkan dalam pepatah dibawah ini : "Rumah gadang bari bapintu mak tarang ka halaman, kok dikumpa saleba kuku, kok dirantang saleba alam" (rumah besar beri berpintu, agar terang ke halaman, kalau disimpul selebar kuku, kalau dibentangkan selebar alam).**

Sumber >>

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar