Sutan Sjahrir

Berbeda dengan Sutan Takdir Alisjahbana, Sutan Sjahrir tidak dilahirkan di Natal, ia dilahirkan di kota Padang Panjang yang sekarang termasuk ke dalam propinsi Sumatera Barat. ayahnya bernama Mohammad Rasad gelah Maharaja Sutan bin Sutan Leman atau Sutan Palindih. jabatan terakhir Sutan Palindih adalah Hoofd van Landraad (Jaksa Tinggi Pengadilan Negeri pada Pemerintahan Hindia Belanda) di Medan. ibunya bernama Puti Siti Rabi’ah, anak dari Sutan Sulaiman dengan Puti Johar Maligan. sedangkan Puti Johar Maligan adalah cucu Tuanku Besar Si Intan, raja ke-7 dari kerajaan Natal. jika ditarik garis ke atas berdasarkan garis keturunan ibu dari Sutan Sjahrir, dengan garis keturunan ibu dari Sutan Takdir Alisjahbana, terdapat tali persaudaraan. mereka sama-sama keturunan dari Sutan Kabidun, putra Tuanku Besar Si Intan. Jadi, nenek Sutan Sjahrir adalah Puti Johar Maligan, sedangkan nenek Sutan Takdir Alisjahbana adalah Puti Malelo. Sedangkan Puti Johar Maligan dan Puti Malelo adalah kakak beradik, putra-putri Sutan Kabidun.

selain kedudukannya sebagai Perdana Menteri Indonesia, ia juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri. sejak kecil Sjahrir dikenal sebagai anak yang cerdas dan terpandai di sekolahnya. guru-guru dan teman-temannya mengenal Sjahrir sebagai anak yang periang, pandai bergaul dan lemah lembut. ia menyukai musik dan olahraga. Sutan Sjahrir menyadari, bahwa ia sebagai anak inlander (pribumi), kedudukannya direndahkan oleh orang-orang kulit putih. karena usianya masih muda ditambah dengan kecerdasannya yang luar biasa, ia dapat menyelesaikan sekolahnya di Universitas Leiden, di Belanda yang mengambil jurusan Hukum.

sejak usia masih sangat muda, Sjahrir sudah berpisah dengan ibunya. Pada usia 17 tahun ia harus merantau ke Bandung. Tiga tahun kemudian ia sekolah ke negeri Belanda. inilah yang menyebabkan Sjahrir “kehilangan” sentuhan ibu.

sejak masih sekolah di Algemeene Middelbare School (sekarang setingkan SMA) di Bandung, Sutan Sjahrir sudah aktif dalam berbagai perhimpunan pemuda. ia juga aktif mencari dana bagi sekolah-sekolah yang didirikannya. selain itu beliau sering meninjau desa-desa di Priangan, di Jawa Barat, dan daerah sekitar tempat kelahirannya di Padang Panjang.

selama belajar di negeri Belanda, Sjahrir tidak tinggal diam. sejak tahun 1929 - 1931, ia telah aktif dalam Organisasi Perhimpunan Indonesia, sebuah perkumpulan pelajar dan mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda. bersama-sama dengan Mohammad Hatta (wakil presiden Indonesia I), selain itu Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir ikut mendalami seluk-beluk Serikat Kerja Internasional. mereka pun ikut bekerja di International Transport Federation. di sanalah mereka bertemu dengan berbagai tokoh pemuda lainnya yang juga sedang berjuang untuk kemerdekaan negara mereka, seperti Jawaharlal Nehru. yang ketika itu sedang belajar di Inggris.

pada akhir 1931, atas permintaan Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir kembali ke Indonesia untuk mengemban sebuah tugas politik. kelak, setelah Hatta berhasi menyelesaikan pendidikannya di negeri Belanda, ia akan kembali ke Indonesia untuk memimpin Partai Nasional Indonesia (PNI). Setelah itu, Sjahrir akan kembali lagi ke Belanda untuk menyelesaikan pendidikannya yang tertunda. PNI adalah sebuah organisasi politik yang didirikan oleh para pemimpin muda waktu itu. tujuannya untuk mencapai Indonesia merdeka.

ketika Sjahrir kembali ke Indonesia, ia membawa seorang wanita Belanda, Maria Duchateau, yang kemudian menjadi istrinya. Ia ingin menunjukka kepada orang-orang Belanda yang menjajah Indonesia, bahwa bangsa Indonesia manusia juga yang sama seperti mereka. sebagai bukti, ia mampu memperistri seorang wanita Belanda. pada waktu Sutan Sjahrir dibuang, pemerintah Belanda memulangkan istri Sjahrir ke tanah airnya. mereka berpisah secara resmi pada tahun 1947 di New Delhi yang disaksikan oleh Jawaharlal Nehru yang ketika itu sudah menjadi Perdana Menteri India.

pada awal pendudukan Jepang, di Semarang, di rumah kakak Sutan Sjahrir, Puti Balkis Alisjahbana bertemu dengan Lily, anak angkat Sutan Sjahrir. kakak Sutan Sjahrir, putri Sjahrizad adalah istri Prof. Djoehana Wiradikarta. ketika itu Sutan Sjahrir beserta anak-anak angkatnya berada di Sukabumi. ditempat kediamannya selalu ramai, termasuk orang-orang muda yang dinamis, kreatif dan cerdas.

Sjahrir merupakan tokoh yang penuh dengan keberanian, ketenangan dan rasa humor. Sutan Sjahrir baru memperoleh kepuasan besar jika dapat mendahulukan kepentingan umum. nasihat-nasihat yang selalu dipompakan kepada saudara-saudaranya ialah menetapkan tujuan hidup yang pasti dan cita-cita yang harus dicapai. sebaik-baiknya tujuan ialah tujuan untuk melayani kepentingan umum.

menjelang kematiannya, Sutan Sjahrir menjalani kehidupan yang getir, setelah mengorbankan segalanya demi kemerdekaan bangsanya, ia justru disingkirkan. ia bahkan dipenjarakan dengan tuduhan berkomplot hendak melakukan kejahatan. ia dipenjarakan hingga terkena stroke beberapa kali sampai tidak mampu berbicara. ironisnya, setelah meninggal dunia, ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional.

Hubungan Sutan Sjahrir dengan Natal.
Menurut Wahyunah Syahrir, suaminya sangat mengagumi ibunya. Pujian tentang ibunya sering didengar Sjahrir dari ayahnya. Ibunya berwatak teguh, tepat dalam bertindak, tidak emosional sekaligus berpandangan luas dan haus akan informasi aktual. Sjahrir pernah bercerita kepada istrinya tentang pengalamannya bersama ibunya :

Pada waktu saya berusia enam tahun, ibu ingin pergi berjalan-jalan. Kami pergi ke Aceh dengan kereta api. Hanya saya yang ikut serta. Pemandangan alam dan keadaan penumpang di sekelilingnya menarik perhatian ibu, pada suati saat, ibu membelai rambut saya dengan lembut. Saya menjadi terharu. Kehangatan dan kelembutan ibu jarang saya rasakan. Di rumah kami banyak tinggal anak-anak. Selain saudara-saudara saya, banyak juga saudara sepupu. Rumah kami ramai dan meriah. Ibulah yang biasa mengurus rumah secara teratur.
Walau beliau tidak dilahirkan di Natal, tetapi kerap disebut-sebutnya bahwa ibunya berasal dari Natal. dan untuk mengenang ibunya, nama Siti Rabi’ah diturunkan kepada nama anak perempuannya yang lahir pada tahun 1960.

Nyonya Siti Wahyunah Sjahrir, adalah seorang Sarjana Hukum tamatan Universitas Leiden tahun 1950. ia menikah dengan Sutan Sjahrir di Cairo pada tahun 1951. semasa pendudukan Jepang sampai tahun 1945, ia bekerja sebagai guru dan kemudian bekerja di kantor Sekretariat Perdana Menteri di Jakarta sampai tahun 1947.

pada bulan Juni 1947, ia pernah ditahan di rumah tahanan sementara Belanda yang melakukan serangan militer terhadap Indonesia di Linggasana, Linggarjati, Jawa Barat. Selama dalam tahanan, ia sering mengirim berita radio ke dalam dan luar negeri yang ditujukan kepada para pejuang dan pemerintah setempat yang ketika itu mengungsi ke hutan di Gunung Ceremai (Jawa Barat).

sekitar akhir tahun 1948 hingga awal tahun 1949, pada serangan militer Belanda kedua, Ny. Sjahrir berada di Singapura untuk mengikuti berbagai kegiatan perwakilan Republik Indonesia sambil memperkenalkan perjuangan Indonesia. pada tahun 1950 ia berangkat ke Belanda, selain untuk menyelesaikan studinya, ia juga aktif mengadakan ceramah-ceramah memperkenalkan pergerakan wanita Indonesia dan peranannya dalam perjuangan nasional.

menurut penuturan Ny. Sjahrir, bila masa dinasnya sebagai politisi berakhir, Sjahrir ingin melewatkan hari tuanya di kepulauan Banda. Ia ingin menulis. Hasrat itu tidak pernah terwujud, karena kesibukannya. Baru pada tahun 1973, Ny. Wahyunah Sjahrir bersama keluarga Mohammad Hatta dan Des Alwi dapat berkunjung kesana.

setelah kembali ke Indonesia, Ny. Sjahrir berkarier di bidang hukum. Ia tetap menjaga hubungan harmonis dengan keluarga dan anak-anak angkatnya dari Belanda. ia juga tetap berhubungan erat dengan kerabat suaminya, baik yang berasal dari Sumatera Barat maupun kerabat dari Natal yang sekarang bermukim di Jakarta.**

Pahit Getir Perjuangan Sutan Sjahrir >>

Sumber >>

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Share this article :

1 komentar:

Unknown mengatakan...

mau nanya nie gan... hubungannya Sutan sjahrir dengan chairil anwar itu apa ya? kenapa bisa dikatakan chairil anwar memiliki ikatan pertalian keluarga dengan sutan sjahrir

Posting Komentar